Fistula Arteriovenosa untuk Hemodialisis pada Penderita Gagal Ginjal Kronik

Authors

  • Glenn J Sumadi
  • Paulus AA Pandelaki
  • Calysta N Wijaya
  • Marcel Antoni
  • Yanto S Tjang

DOI:

https://doi.org/10.36452/jkdoktmeditek.v24i66.1645

Abstract

Jumlah penderita penyakit gagal ginjal kronik (PGK) di Indonesia tampak semakin meningkat. Angka pertumbuhannya diperkirakan sekitar 20% setiap tahunnya. Kondisi  ini menjadi masalah  karena biaya pengobatannya besar sekali. Penyakit gagal ginjal kronik adalah  kerusakan  atau  gangguan  fungsi  dan struktur  ginjal  selama  tiga  bulan  atau  lebih  dengan  atau  tanpa penurunan  laju  filtrasi  glomerulus (LFG) disertai  manifestasi  kelainan patologi  ginjal  atau  kerusakan  ginjal  meliputi  komposisi  darah  atau urin  dan  kelainan  pada  uji pencitraan ginjal. Penyakit gagal ginjal kronik  terjadi  bila ginjal mengalami penurunan fungsi LFG di bawah 60 ml/menit/1.73m² dengan  atau  tanpa  kerusakan  ginjal. Intervensi berupa terapi pengganti ginjal dilakukan pada saat keadaan LFG mencapai <15 ml/menit/1.73 m2. Beberapa faktor risiko yang menjadi penyebab PGK telah diketahui seperti usia, gagal jantung, sirosis hepatis, glomerulonefritis kronik, diabetes mellitus (DM), sistemik lupus erimatosus (SLE), polikistik, pielonefritis, nefrolitiasis, nefrosklerosis, dan obstruksi traktus urinarius. Terbatasnya jumlah donor ginjal untuk transplantasi dan tingginya komplikasi yang mungkin terjadi akibat peritoneal dialisis membuat hemodialisis (HD) cenderung menjadi pilihan yang utama apabila fungsi ginjal penderita sudah sangat menurun. Prinsip dasar HD adalah mengalirkan darah dari tubuh ke ginjal buatan untuk dilakukan penyaringan darah melalui suatu membran semi-permiabel agar terjadi proses difusi dan ultrafiltrasi darah di dalamnya. Darah yang sudah disaring kemudian dikembalikan ke dalam tubuh. Hemodialisis rutin dalam jangka panjang memerlukan pemasangan akses vaskular permanen. Fistula arteriovenosa (FAV) masih dianggap sebagai akses vaskular terbaik untuk HD, terutama karena angka patensinya yang tinggi, lebih rendah insidensi infeksi dan komplikasinya dibandingkan dengan kateter vena sentral atau graft arteriovenosa. Kelebihan dan kekurangan FAV telah dibahas dalam berbagai penelitian. Angka patensinya tampak sangat bervariasi antar peneliti.

Kata kunci: gagal ginjal kronik, hemodialisis, fistula arteriovenosa, patensi

Downloads

Published

2019-01-03

How to Cite

Sumadi, G. J., Pandelaki, P. A., Wijaya, C. N., Antoni, M., & Tjang, Y. S. (2019). Fistula Arteriovenosa untuk Hemodialisis pada Penderita Gagal Ginjal Kronik. Jurnal Kedokteran Meditek, 24(66). https://doi.org/10.36452/jkdoktmeditek.v24i66.1645

Issue

Section

Artikel Penelitian